Di tahun1976, ketika masih di dalam masa tahanan di pulau Buru sang Pramoedya Ananta Toer telah sempat menyelesaikan sebuah tulisan drama yang berjudul Mangir. Drama Mangir ini di tulis oleh Pramudya dalam tiga babak. Kisah dalam drama ini diangkat berdasarkan dari cerita tutur masyakat Jawa, khususnya Yogjakarta.
Drama mangir ini menceritakan tentang kisah seorang Senapati dari Mataram yang berkuasa pada masa abad ke 16.
Dalam drama Mangir ini diceritakan ada dua kubu yang saling berperang, yaitu Mataram di Kotaghede dan perdikan Mangir, atau kadipaten Mangir. Kedu tempat ini masih berada pada Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tokoh Utama
1. Ki Ageng Mangir / Wanabaya
Wanabaya adalah seorang pemuda berusia 23 tahun. Dia adalah seorang pendekar, sekaligus prajurit, ia gagah, tampan dan berwibawa. Wanabaya dipercaya oleh perdikan Mangir untuk menjadi panglima perang, memimpim pasukan Mangir memberontak kepada kerajaan Mataram.
Dengan menyandang pangkat jabatan sebagai panglima perang, dalam usia muda, membuat watak dan perilaku Wanabaya menjadi sombong dan angkuh. Menurutnya dia lah yang telah berjasa menyelamatkan Mangir dari kekalahan melawan Mataram.
Dalam drama ini Wanabaya digambarkan sebagai seorang pemuda yang dalam usia puberitas, karena memang usianya sangat muda, masih 20 tahunan. Wanabaya dikisahkan telah jatuh cinta kepada seorang perempuan yang bernama Adisaroh. Dia rela melakukan apa saja demi cintanya kepada Adisaroh. Dan karena cintanya yang buta, dia tidak dapat mengenali siapa sebenarnya perempuan yang bernama Adisaroh itu, yang tidak lain dia adalah putri Pembayun, anak kandung dari musuh besarnya, Raja Mataram, Panembahan Senapati.
Watak dan sikap Wanabaya berubah setelah dia bertemu dengan Adisaroh. Dia menjadi angguh dan arogan.
Perubahan watak yang dialami oleh Wanabaya ini disebut dengan watak bulat. Begitulah Pramoedya menggambarkan Wanabaya dalam lakon drama ini, sehingga tanpa disangka dan diduga cerita drama ini menjadi sangat mengejutkan.
Karakter Wanabaya dalam cerita ini adalah yang menjadi sebuah tonggak tempat bertumpu semua jalan cerita kepadanya.
2. Baru Klinting
Baru Klinting adalah seorang pemuda berusia 26 tahun. Dia diangkat menjadi Tua Perdikan Mangir. Dia juga seorang prajurit, ahli strategi perang, dan organisator pasukan Mangir.
Dalam drama ini Baru Klinting digambarkan sebagai sosok pribadi yang memiliki pandangan jauh kedepan, memiliki keyakinan pada keputusan yang dia buat, dan teguh pendirian. Dia juga digambarkan sebagai orang yang paling bijaksana, tempat para sahabat berbagi dan bermufakat kepadannya.
Baru Klinting sangat menyayangi sahabatnya, Wanabaya. Dia juga sangat menghawatirkan pendirian Wanabaya, apalagi setelah Wanabaya mempersunting Adisaroh, alias Putri Pembayun sang telik sandi dari Mataram. Kekhawatirannya terhadap Wanabaya adalah akankan Wanabaya dapat mendahulukan kepentingan perjuangan Mangir dari pada istrinya.
Dalam kisah drama ini Baru Klinting tetap berwatak datar, tidak berubah dari awal cerita hingga akhir.
3. Putri Pambayun
Putri Pambayun adalah seorang perempuan berusia 16 tahun. Dia adalah putri sulung Panembahan Senapati. Karakter Pembayun digambarkan sebagai perempuan yang berpikiran masak, matang. Dia licik, pintar dan lihai dalam menipu Wanabaya sehingga laki-laki itu jatuh bertekuk lutut memohon cinta kepadanya.
Namun keadaan berubah setelah Pembayun menikah dengan Wanabaya, ia jatuh cinta kepada suaminya, apalagi setelah ia mengandung anak dari Wanabaya. Disitulah Pambayun menjadi bimbang, dan gundah. Satu sisi dia sedang menjalankan tugasnya yang diembankan oleh ayahandanya raja Mataram untuk menjebak Wanabaya supaya takluk dibawah kaki raja Mataram. Dan lain sisi dia sangat mencintai suaminya, dia telah berjanji setia sehidup semati dengan sang suami.
Putri Pambayun sangat takut kalau kedoknya diketahui oleh suaminya, tentu Wanabaya akan sangat murka kepadanya. Maka dengan tekat membaja, Pambayun akhirnya mengutarakan kepada suaminya tentang sia dirinya sebenarnya, dari pada Wanabaya mengetahui dari orang lain, tentu akan sangat menyakitkan bagi Wanabaya sendiri.
Pembayun meminta suaminya supaya datang ke Mataram memenuhi undangan ayah mertua, yang tidak lain adalah Raja Mataram, Panembahan Senapati.
Dapat dikatakan dalam lakon drama ini Pambayun adalah seorang wanita yang labil. Suatu masa dia menjukan kesetiannya kepada keraton Mataram, di lain masa dia ingin menghianati kesetiannya kepada Mataram dengan cara menjalani hidup dengan sang suami.
4. Panembahan Senapati
Panembahan Senapati adalah raja Mataram yang usianya sekitar 45 tahun. Dia adalah orang yang kejam, licik dan ambisius kepada tahta.
Dia dibesarkan dalam kerajaan kesultanan Pajang, Sultan Pajang sendiri adalah ayah angkatnya, orang yang mendidiknya dan membesarkannya, hingga akhirnya dia tega membunuh ayah angkatnya untuk memperoleh ambisinya menjadi raja Mataram.
Tidak hanya itu saja kekejaman yang telah dilakukan oleh Panembahan Senapati terhadap keluarganya demi mempertahankan tahta. Dia juga telah membunuh putra kandungnya sendiri, Rangga, karena dia takut kalau Rangga akan mengambil alih kerajaannya. Dia bunuh Rangga dan di suruhnya prajuritt untuk menggatung mayat Rangga di pohon nira, biar habis bangkainya dimakan burung gagak. Dan juga dia menunjukan kepada rakyatnya bahwa dia akan selalu bertindak kejam kepada siapa saja yang akan membahyakan tahta yang sedang dia duduki.
Watak Senapati adalah watak datar, watak yang konsisten dari awal hingga akhir cerita, tetap sebagai tokoh antagonis, tokoh yang dibenci penonton dalam drama. Tokoh Senapati ini menggambarkan betapa kejinya seseorang yang gila kekuasaan.
(Ditulis oleh Lucky Lukmansyah)
0 Komentar
Penulisan markup di komentar