Richard Huckle, 30 tahun, mengakui dan mempertanggung jawabkan perbuatannya atas pelecehan kepada anak-anak dari umur 6 bulan sampai 12 tahun.
London (CNN)- Pengadilan London, Senin 6 Juni 2016, telah menjatuhkan hukuman selama 22 tahun penjara kepada seorang laki-laki, 30 tahun yang bernama Richard Huckle atas perbuatannya melakukan tindakan pelecehan seksual kepada 71 orang, selama dia tinggal di Asia Tenggara.
Richard Huckle telah ditangkap tahun 2014 yang lalu, pada saat dia sedang berada di bandar udara international Gatwick, London, waktu itu laki-laki ini balik ke kampung setelah dia tinggal beberapa lama di negara Malaysia, tempat dia selama ini menjalankan sebagian besar aksinya sebagai paedophile.
Menurut pengakuan dirinya, bahwa dia telah tindak pelecehan seksual kepada hampir 200 orang anak, baik laki-laki atau pun perempuan. Tidak hanya itu, pria ini juga telah mempublikasikan hasil tindakan kriminalnya dengan photo-photo atau pun video pada sebuah blog, di jaringan internet yang tidak mudah di akses melalui mesin pencari biasa (ist, dark web).
Menurut Court News United Kingdom, laki-laki bejat ini telah beraksi dengan modus memposting dirinya di medsos sebagai seorang guru bahasa Inggris menganut agama Kristen yang taat, dengan begitu dia mudah mendapatkan mangsa yang dia inginkan, yaitu anak-anak dibawah umur. Adalah diantaranya seorang anak, sejak dari dia berumur 6 bulan telah dicabulinya hingga selang waktu 9 tahun lamanya, di sebuah kampung, di negara Malaysia.
Tidak hanya Malaysia saja, ternyata Richard Huckle juga telah melakukan tindak kejahatanya di negara Kamboja, menurut informasi dari National Crime Agency. Pengadilan negara Inggris membolehkan kepada masing-masing negara seperti Malaysia atau Kamboja untuk mengadili pria bejat ini di atas kejahatan yang telah dia lakukan di negara setempat.
Menurut informasi yang didapatkan dari Court News UK, seorang photograper amatir telah dipekerjakannya untuk mengabil gambar atau merekam video ketika dia sedang memperkosa para korbannya, biasanya para korban itu dia bawa dari sekolah atau panti asuhan, dan kemudian semua gambar dan video itu dia bagi dengan para paedophile lainnya, biasa berinteraksi di dunia maya, jaringan yang tidak bisa diakses dengan mesin pencari biasa.
Di dalam blog itu, Huckle telah menobatkan dirinya sebagai “pedopoint” sejenis nilai atau score yang telah dia peroleh karena telah menyetubuhi sebanyak 191 orang anak.
Dengan blog itu, Huckle telah menguangkan semua pekerjaan buruknya itu dengan menerima sejumlah bitcoin, “sebagai mata uang di dunia maya” meng up load video dan photo-photo porno paedophile secara berkesinambungan.
Setiap para korban dia paksa untuk berpose sambil memegang papan atau logo iklan usahanya. Dan tidak hanya itu saja, Huckle juga telah menulis sebanyak 60 halaman tentang panduan menjadi seorang paedophile, lalu pengadilan menyebutnya sebagai “arsip setan”.
Huckle dulu ditangkap gara kepolisian Australia memberi informasi kepada pihak kepolisian Inggris tentang adanya sebuah situs web khusus paedophile yang telah beranggotakan 9000 orang, sekarang situs tersebut telah dimatikan.
National Crime Agency mengatakan bahwa situs p[aedophile itu ada memiliki kurang lebih 20,000 gambar porno paedophile, yang disinyalir berasal dari komputer dan kamera milik Huckle sendiri, juga 1000 diantaranya adalah gambar atau video dia sendiri, sebagai pelaku didalamnya.
“Richard Huckle tinggal beberapa tahun lamanya disuatu tempat, untuk berintegrasi dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, dalam upaya membangun image baik dan terpercaya oleh orang, setelah itu dia jalankan misinya memperkosa untuk anak-anak yang dia inginkan” menurut penuturan dari James Traynor, NCA bagian Sex Exploitasi dan Online Protection Centre.
Selanjutnya James menjelaskan “Dia bisa bebas kemana saja tempat di dunia yang menurutnya dia aman dan mudah memperokosa anak-anak yang tidak berdaya tanpa dapat ditangkap oleh pihak yang berwenang” James meneruskan bahwa “sepertinya batas-batas negara tidak menjadi penghalang bagi pergerakan orang itu. Kami sudah bertekat untuk menangkap orang-orang seperti itu, agar diberikan hukuman yang setimpal”
Pengadilan telah mengetahui ada beberapa casus mengerikan yang dilakukan oleh Huckle, yaitu diantaranya kasus seorang anak gadis usia 5 tahun yang dia perkosa setelah merayakan ulang tahunnya di rumah Huckle sendiri, menurut penjelasan NCA, tidak hanya itu, Huckle juga menyamar sebagai seorang guru privat bahasa Inggris, agar mendapatkan kepercayaan dari para calon mangsanya dan orangtua korban sendiri.
Huckle dengan mudah keluar masuk Asia selang waktu bertahun-tahun lamanya, pernah di tahun 2006 Huckle tinggal di Kamboja selama 2 minggu lamanya, disana dia menginap disebuah rumah warga setempat, waktu itulah Huckle memangsa seorang anak usia 3 tahun, sebagai korban berikutnya.
Di tahun 2007, Huckle kembali lagi Malaysia. Di negara itu dia tinggal sebuah rumah warga, perkampungan, yang memiliki dua orang anak gadis. Di kampung itu dia berpura-pura mengajar secara sukarela pada sebuah lembaga kursus. Disanalah dia memangsa kedua korbannya, dua orang gadis itu dalam kurun waktu hampir 8 tahun, menurut informasi yang disampaikan oleh National Crime Agency.
(Diterjemahkan oleh Lucky Lukmansyah dari CNN's Milena Veselinovic reported from London)
Richard Huckle telah ditangkap tahun 2014 yang lalu, pada saat dia sedang berada di bandar udara international Gatwick, London, waktu itu laki-laki ini balik ke kampung setelah dia tinggal beberapa lama di negara Malaysia, tempat dia selama ini menjalankan sebagian besar aksinya sebagai paedophile.
Menurut pengakuan dirinya, bahwa dia telah tindak pelecehan seksual kepada hampir 200 orang anak, baik laki-laki atau pun perempuan. Tidak hanya itu, pria ini juga telah mempublikasikan hasil tindakan kriminalnya dengan photo-photo atau pun video pada sebuah blog, di jaringan internet yang tidak mudah di akses melalui mesin pencari biasa (ist, dark web).
Menurut Court News United Kingdom, laki-laki bejat ini telah beraksi dengan modus memposting dirinya di medsos sebagai seorang guru bahasa Inggris menganut agama Kristen yang taat, dengan begitu dia mudah mendapatkan mangsa yang dia inginkan, yaitu anak-anak dibawah umur. Adalah diantaranya seorang anak, sejak dari dia berumur 6 bulan telah dicabulinya hingga selang waktu 9 tahun lamanya, di sebuah kampung, di negara Malaysia.
Tidak hanya Malaysia saja, ternyata Richard Huckle juga telah melakukan tindak kejahatanya di negara Kamboja, menurut informasi dari National Crime Agency. Pengadilan negara Inggris membolehkan kepada masing-masing negara seperti Malaysia atau Kamboja untuk mengadili pria bejat ini di atas kejahatan yang telah dia lakukan di negara setempat.
Menurut informasi yang didapatkan dari Court News UK, seorang photograper amatir telah dipekerjakannya untuk mengabil gambar atau merekam video ketika dia sedang memperkosa para korbannya, biasanya para korban itu dia bawa dari sekolah atau panti asuhan, dan kemudian semua gambar dan video itu dia bagi dengan para paedophile lainnya, biasa berinteraksi di dunia maya, jaringan yang tidak bisa diakses dengan mesin pencari biasa.
Di dalam blog itu, Huckle telah menobatkan dirinya sebagai “pedopoint” sejenis nilai atau score yang telah dia peroleh karena telah menyetubuhi sebanyak 191 orang anak.
Dengan blog itu, Huckle telah menguangkan semua pekerjaan buruknya itu dengan menerima sejumlah bitcoin, “sebagai mata uang di dunia maya” meng up load video dan photo-photo porno paedophile secara berkesinambungan.
Setiap para korban dia paksa untuk berpose sambil memegang papan atau logo iklan usahanya. Dan tidak hanya itu saja, Huckle juga telah menulis sebanyak 60 halaman tentang panduan menjadi seorang paedophile, lalu pengadilan menyebutnya sebagai “arsip setan”.
Huckle dulu ditangkap gara kepolisian Australia memberi informasi kepada pihak kepolisian Inggris tentang adanya sebuah situs web khusus paedophile yang telah beranggotakan 9000 orang, sekarang situs tersebut telah dimatikan.
National Crime Agency mengatakan bahwa situs p[aedophile itu ada memiliki kurang lebih 20,000 gambar porno paedophile, yang disinyalir berasal dari komputer dan kamera milik Huckle sendiri, juga 1000 diantaranya adalah gambar atau video dia sendiri, sebagai pelaku didalamnya.
“Richard Huckle tinggal beberapa tahun lamanya disuatu tempat, untuk berintegrasi dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, dalam upaya membangun image baik dan terpercaya oleh orang, setelah itu dia jalankan misinya memperkosa untuk anak-anak yang dia inginkan” menurut penuturan dari James Traynor, NCA bagian Sex Exploitasi dan Online Protection Centre.
Selanjutnya James menjelaskan “Dia bisa bebas kemana saja tempat di dunia yang menurutnya dia aman dan mudah memperokosa anak-anak yang tidak berdaya tanpa dapat ditangkap oleh pihak yang berwenang” James meneruskan bahwa “sepertinya batas-batas negara tidak menjadi penghalang bagi pergerakan orang itu. Kami sudah bertekat untuk menangkap orang-orang seperti itu, agar diberikan hukuman yang setimpal”
Pengadilan telah mengetahui ada beberapa casus mengerikan yang dilakukan oleh Huckle, yaitu diantaranya kasus seorang anak gadis usia 5 tahun yang dia perkosa setelah merayakan ulang tahunnya di rumah Huckle sendiri, menurut penjelasan NCA, tidak hanya itu, Huckle juga menyamar sebagai seorang guru privat bahasa Inggris, agar mendapatkan kepercayaan dari para calon mangsanya dan orangtua korban sendiri.
Huckle dengan mudah keluar masuk Asia selang waktu bertahun-tahun lamanya, pernah di tahun 2006 Huckle tinggal di Kamboja selama 2 minggu lamanya, disana dia menginap disebuah rumah warga setempat, waktu itulah Huckle memangsa seorang anak usia 3 tahun, sebagai korban berikutnya.
Di tahun 2007, Huckle kembali lagi Malaysia. Di negara itu dia tinggal sebuah rumah warga, perkampungan, yang memiliki dua orang anak gadis. Di kampung itu dia berpura-pura mengajar secara sukarela pada sebuah lembaga kursus. Disanalah dia memangsa kedua korbannya, dua orang gadis itu dalam kurun waktu hampir 8 tahun, menurut informasi yang disampaikan oleh National Crime Agency.
(Diterjemahkan oleh Lucky Lukmansyah dari CNN's Milena Veselinovic reported from London)
0 Komentar
Penulisan markup di komentar